17 Mei 2025
Qatar Kecam Serangan Udara Israel di Lebanon Selatan

Sumber: antaranews.com

Faktabiz – Serangan udara yang dilancarkan oleh Israel di Lebanon selatan pada Sabtu (22/3) telah menuai kecaman keras dari Qatar. Serangan tersebut menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka di kalangan warga sipil. Tindak kekerasan ini disoroti oleh Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, yang dalam percakapan dengan Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam, menyampaikan kecaman terhadap serangan tersebut. Kementerian Luar Negeri Qatar mengonfirmasi percakapan antara kedua pemimpin tersebut, yang juga membahas isu-isu penting lainnya yang menyangkut hubungan kedua negara serta perkembangan situasi di Lebanon.

Dalam percakapan tersebut, Al-Thani mengungkapkan rasa prihatin mendalam terhadap serangan udara Israel yang menargetkan wilayah Lebanon selatan. Ia juga menekankan pentingnya semua pihak untuk mematuhi perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya. Salah satu poin yang ditegaskan oleh Al-Thani adalah perlunya Israel menarik pasukan pendudukannya dari seluruh wilayah Lebanon, sebuah langkah yang dianggap krusial untuk stabilitas kawasan. Perdana Menteri Qatar juga kembali menegaskan komitmen negaranya untuk selalu berdiri bersama Lebanon dan rakyatnya dalam menghadapi tantangan yang ada.

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh sumber resmi Lebanon dan dihimpun oleh Anadolu, serangan udara tersebut menewaskan tujuh orang dan menyebabkan lebih dari 40 orang lainnya mengalami luka-luka. Serangan ini terjadi setelah Israel mengklaim bahwa roket telah ditembakkan dari wilayah Lebanon ke permukiman Metula. Sebagai respons terhadap serangan tersebut, pasukan Israel melancarkan serangan udara ke beberapa desa dan kota di Lebanon selatan, yang mengarah pada kerusakan dan korban jiwa.

Peristiwa ini menjadi serangan roket pertama sejak diberlakukannya gencatan senjata antara Lebanon dan Israel yang sudah berlangsung hampir empat bulan. Hingga saat ini, tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menargetkan Metula tersebut. Kejadian ini semakin menegaskan kerentanannya gencatan senjata yang rapuh di wilayah tersebut.

Gencatan senjata antara Israel dan Lebanon mulai diterapkan pada November tahun lalu setelah beberapa bulan pertempuran lintas batas antara Israel dan kelompok Hizbullah. Konflik tersebut sempat meningkat menjadi skala besar pada September, dan gencatan senjata yang rapuh ini bertujuan untuk mengakhiri kekerasan yang telah menelan banyak korban. Meskipun gencatan senjata tersebut telah berlaku, laporan dari otoritas Lebanon mengungkapkan bahwa hampir 1.100 pelanggaran gencatan senjata telah dilakukan oleh Israel, dengan serangan yang menyebabkan sedikitnya 85 orang tewas dan lebih dari 280 orang terluka.

Menurut kesepakatan gencatan senjata, Israel seharusnya telah menarik seluruh pasukannya dari Lebanon selatan pada 26 Januari. Namun, Israel menolak untuk mematuhi tenggat waktu tersebut, yang menyebabkan perpanjangan tenggat hingga 18 Februari. Hingga kini, pasukan militer Israel masih mempertahankan pos-pos perbatasan mereka di lima titik di Lebanon selatan, meskipun telah ada kesepakatan sebelumnya untuk penarikan pasukan.

Tindakan Israel yang tidak mematuhi perjanjian ini telah memicu kecaman internasional, yang menyerukan agar Israel menghormati kesepakatan gencatan senjata dan menarik pasukan pendudukannya dari Lebanon. Dengan situasi yang semakin memburuk, banyak pihak yang berharap agar langkah-langkah diplomatik dapat diambil untuk menghentikan kekerasan dan memastikan pemenuhan perjanjian perdamaian yang telah disepakati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *