
Sumber: antaranews.com
Faktabiz – Persediaan bahan makanan di Gaza semakin menipis, terutama tepung terigu yang menjadi bahan pokok bagi jutaan warga yang terjebak dalam konflik berkepanjangan. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), yang berperan sebagai salah satu penyedia bantuan pangan terbesar di wilayah tersebut, melaporkan bahwa stok tepung yang tersedia hanya mampu bertahan sekitar enam hari.
Menurut UNRWA, selama 19 hari terakhir, tidak ada bantuan baru yang berhasil masuk ke Gaza. Dalam sebuah pengarahan di Jenewa, Swiss, perwakilan UNRWA, Sam Rose, mengungkapkan bahwa mereka terpaksa mengurangi jumlah pasokan dalam penjatahan agar dapat memperpanjang ketersediaan bahan makanan yang ada.
Namun, kondisi yang semakin memburuk membuat organisasi tersebut kini tidak lagi berbicara dalam hitungan minggu, melainkan hari. Rose menekankan bahwa sejak Oktober 2023, belum pernah ada periode yang lebih panjang tanpa adanya pasokan bantuan seperti yang terjadi saat ini.
Situasi di Gaza semakin mengkhawatirkan, terutama setelah serangan udara kembali mengguncang wilayah tersebut. Dalam empat malam terakhir, setelah kegagalan gencatan senjata pada 17 Maret 2025, ratusan serangan udara dilaporkan terjadi. Akibatnya, lebih dari 700 warga Palestina kehilangan nyawa, termasuk 200 wanita dan anak-anak.
Selain tingginya jumlah korban jiwa, konflik yang berkepanjangan ini juga menyebabkan gelombang pengungsian besar-besaran. UNRWA memperkirakan bahwa sekitar 70.000 orang saat ini sedang mengungsi, dengan jumlah yang terus bertambah akibat perintah evakuasi yang terus dikeluarkan oleh pihak Israel.
Sejak serangan militer dimulai pada Oktober 2023, hampir 50.000 warga Palestina telah terbunuh. Mayoritas korban merupakan perempuan dan anak-anak, sementara lebih dari 112.000 orang mengalami luka-luka.
Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza telah menarik perhatian dunia internasional. Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, serta mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant. Mereka didakwa atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan selama konflik berlangsung.
Selain itu, Israel saat ini juga menghadapi gugatan di Mahkamah Internasional atas dugaan genosida yang dilakukan dalam perang terhadap Gaza.
Dengan kondisi yang semakin kritis, UNRWA dan berbagai organisasi kemanusiaan terus mendesak agar akses bantuan kemanusiaan ke Gaza segera dibuka kembali. Jika pasokan makanan dan kebutuhan dasar lainnya tidak segera tiba, maka dampak yang lebih buruk terhadap jutaan warga yang masih bertahan di wilayah tersebut tidak dapat dihindari.