![Film "Negeri Para Ketua" Sukses Raup 100 Ribu Penonton, Bukti Kejayaan Sinema Daerah](https://faktabiz.com/wp-content/uploads/2024/12/1735524779667_d1z88r_2_0.jpg.webp)
https://www.antaranews.com
Faktabiz – Film “Negeri Para Ketua” yang disutradarai oleh Agustinus Sitorus telah mencapai tonggak penting dalam dunia perfilman Indonesia. Dengan jumlah layar penayangan yang terbatas, film ini berhasil menarik perhatian lebih dari 104 ribu penonton sejak dirilis pada akhir November 2024. Angka tersebut menjadi pencapaian luar biasa, terutama mengingat bahwa mayoritas tayangannya hanya tersedia di wilayah Sumatera Utara.
“Jumlah 100.000++ adalah pencapaian terbaik untuk Negeri Para Ketua. Film ini bisa dibilang box office versi kami sendiri, atau lebih tepatnya box office di Sumatera Utara,” ungkap Agustinus dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta pada hari Senin.
Keberhasilan ini membuktikan bahwa film dengan cakupan lokal sekalipun dapat menarik perhatian besar apabila memiliki cerita yang kuat dan relevan dengan penontonnya. “Negeri Para Ketua” membawa kisah yang mengangkat latar belakang lokal namun dengan pesan universal, menjadikannya dekat di hati masyarakat Sumatera Utara.
Film ini bercerita tentang perjalanan sejumlah tokoh dari berbagai latar belakang yang memiliki tujuan sama, yakni membangun dan memajukan negeri mereka. Kisah ini dikemas dengan latar yang kental akan budaya Medan, menggambarkan perseteruan antar lima geng besar yang memperebutkan pengaruh di kota tersebut.
Geng-geng tersebut terdiri dari Geng Batak yang beroperasi di wilayah Medan Tengah, Geng Jawa di Medan Utara, Geng Tionghoa di Medan Timur, Geng India di Medan Selatan, dan Geng Melayu di Medan Barat. Konflik mereka menjadi inti dari cerita, menunjukkan bagaimana perbedaan dapat menjadi kekuatan apabila disatukan demi tujuan bersama.
Pemeran film ini adalah deretan aktor dan aktris berbakat yang turut memberikan nyawa pada karakter-karakternya. Nama-nama seperti Aura Kasih, Adi Sudirja, Bang Tigor, Vito Sinaga, Wanda Wandow, Ivana Meylanda, Leony Vitria, Fahira Almira, hingga Mak Beti tampil memukau dalam menghidupkan kisah penuh intrik dan emosi ini.
Selain alur cerita yang menarik, “Negeri Para Ketua” juga mendapat pujian atas penggambaran budaya lokal yang sangat kuat. Medan, sebagai latar utama film ini, ditampilkan dengan keindahan sekaligus realitas sosialnya yang penuh warna. Agustinus Sitorus berhasil menangkap esensi kota Medan, mulai dari keanekaragaman budayanya hingga dinamika kehidupan masyarakatnya.
Meski hanya tayang terbatas di bioskop Sumatera Utara, film ini tetap mampu mencuri perhatian banyak orang. Pencapaian 104 ribu penonton merupakan bukti bahwa karya lokal dapat bersaing di industri film nasional, bahkan dengan sumber daya yang tidak sebesar film-film mainstream lainnya.
Keberhasilan “Negeri Para Ketua” juga menginspirasi sineas daerah untuk terus berkarya dan mengangkat cerita-cerita lokal yang unik. Dalam industri film Indonesia, penting untuk memberikan ruang bagi cerita-cerita dari berbagai daerah agar keberagaman budaya dapat terus diperkenalkan dan diapresiasi.
Film ini tidak hanya sukses secara angka, tetapi juga membawa pesan penting tentang persatuan dalam keberagaman. Dengan menyatukan konflik lima geng besar dari latar budaya yang berbeda, “Negeri Para Ketua” memberikan pelajaran bahwa perbedaan seharusnya menjadi kekuatan untuk membangun bersama, bukan alasan untuk terpecah belah.
Melalui keberhasilannya, “Negeri Para Ketua” menjadi bukti bahwa film lokal memiliki potensi besar untuk sukses, asalkan memiliki cerita yang kuat, pesan yang relevan, dan pengemasan yang tepat. Agustinus Sitorus telah membuka jalan bagi sineas lainnya untuk terus berkarya dan mengangkat kearifan lokal ke layar lebar.
Dengan pencapaian ini, harapan besar muncul agar film-film daerah lainnya dapat memperoleh kesempatan yang sama untuk bersinar, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional. “Negeri Para Ketua” adalah bukti nyata bahwa kisah yang dekat dengan masyarakat dapat menjadi magnet kuat untuk menarik penonton, bahkan dengan segala keterbatasan yang ada.
Film ini menjadi kebanggaan Sumatera Utara dan bukti bahwa sinema daerah mampu memberikan kontribusi besar bagi perfilman Indonesia. Ke depannya, semoga semakin banyak karya lokal yang dapat diakses oleh masyarakat luas dan turut memperkaya khazanah budaya nasional.