15 Oktober 2025

Faktabiz – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, berhasil melakukan evakuasi terhadap jenazah seorang pendaki yang tewas saat mendaki Gunung Dempo. Jenazah tersebut kemudian dipulangkan kepada keluarga di Desa Sukaraja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Proses evakuasi dan pemulangan jenazah tersebut dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan memakan waktu yang cukup panjang, mengingat kondisi medan yang cukup berat.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Pagaralam, Anjas Hariansyah, memberikan keterangan bahwa evakuasi dilakukan mulai pukul 01.00 WIB pada 2 Januari 2025. Pendaki yang tewas, yang diketahui bernama Deko Apriansa, berusia 21 tahun dan berasal dari Desa Sukaraja, mendaki Gunung Dempo bersama seorang rekannya pada 31 Desember 2024. Pada dini hari, tepatnya pukul 01.45 WIB, Deko ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa akibat diduga mengalami hipotermia.

Anjas menjelaskan lebih lanjut bahwa rekan Deko yang melihat kondisi korban mulai memburuk segera turun untuk mencari bantuan. Rekannya kemudian menghubungi Brigade dan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak BPBD Kota Pagaralam. BPBD segera melakukan tindakan cepat dengan menurunkan tim untuk melakukan evakuasi menuju puncak Gunung Dempo, menggunakan jalur pendakian Rimau.

Tim evakuasi tersebut tiba di rumah sakit sekitar pukul 10.00 WIB, setelah menempuh perjalanan yang cukup menantang. Jenazah Deko Apriansa akhirnya dapat dipulangkan ke keluarga di Desa Sukaraja, di Kabupaten Seluma, dengan aman. Anjas turut menyampaikan rasa dukacita yang mendalam atas peristiwa tersebut, serta berharap keluarga yang ditinggalkan dapat diberikan ketabahan dan kekuatan.

Kejadian tragis ini menambah daftar kecelakaan pendakian di Gunung Dempo, yang dikenal sebagai salah satu gunung tertinggi di Sumatera Selatan. Meskipun Gunung Dempo memiliki pemandangan yang indah dan menjadi tujuan wisata para pendaki, medan pendakiannya cukup menantang dan berpotensi menyebabkan bahaya, terutama bagi pendaki yang kurang mempersiapkan diri dengan baik.

Menurut Anjas, korban yang dikenal sehat saat mulai mendaki tidak menunjukkan tanda-tanda masalah kesehatan. Namun, kejadian ini mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan dan pemahaman tentang risiko yang ada selama pendakian. Deko diduga mengalami hipotermia, yang terjadi karena suhu dingin yang ekstrem di malam hari. Hipotermia adalah kondisi darurat medis yang terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuannya untuk menghasilkan panas, sehingga suhu tubuh menjadi sangat rendah dan dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.

Masyarakat pendaki diingatkan untuk selalu mempersiapkan diri dengan matang sebelum melakukan pendakian. Persiapan yang dimaksud mencakup perlengkapan yang sesuai, kondisi tubuh yang prima, dan pengetahuan tentang potensi bahaya di medan yang akan dilalui. Selain itu, penting untuk selalu menjaga komunikasi dengan pihak terkait dan selalu melapor ketika melakukan kegiatan pendakian.

Peristiwa ini juga menjadi perhatian bagi pihak BPBD Kota Pagaralam, yang terus berupaya meningkatkan sistem penanggulangan bencana di wilayah tersebut, khususnya dalam hal evakuasi dan penyelamatan pendaki. Mereka berharap kejadian serupa tidak terulang di masa depan dan masyarakat lebih memahami pentingnya keselamatan saat beraktivitas di alam bebas.

BPBD Kota Pagaralam berharap agar keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dalam menghadapi kehilangan ini. Pihaknya juga memberikan penghormatan kepada korban dan memastikan bahwa langkah-langkah evakuasi dapat dilakukan secepat mungkin untuk menghindari jatuhnya korban lebih banyak lagi di masa mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *