![Krisis Gaza: WHO Pesimistis dengan Situasi Kesehatan di Tengah Serangan](https://faktabiz.com/wp-content/uploads/2024/12/RS-Kamal-Adwan-Gaza-utara.jpg.webp)
https://www.antaranews.com
Faktabiz – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan rasa pesimis terhadap kondisi sistem kesehatan di Jalur Gaza, Palestina. Pemboman dan penembakan yang terus dilakukan oleh pasukan Israel telah menghancurkan fasilitas kesehatan di wilayah yang telah lama terkepung ini. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Juru Bicara WHO, Margaret Harris, pada Minggu (29/12) malam, hanya dua hari setelah serangan brutal rezim Zionis yang berujung pada pembakaran Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara.
Dalam pernyataannya, Harris menyebutkan bahwa serangan terhadap rumah sakit, staf medis, dan pasien merupakan tindakan yang tidak dapat diterima dan harus dikutuk dengan tegas. WHO menyatakan akan segera mengirimkan tim untuk menilai kebutuhan mendesak di Gaza dan mengidentifikasi kekurangan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh rumah sakit-rumah sakit di sana. Namun, upaya ini menghadapi tantangan besar akibat situasi keamanan yang terus memburuk.
Insiden terbaru ini menambah panjang daftar pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan Zionis terhadap fasilitas kesehatan di Gaza. Dalam serangan terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan, sebanyak 50 warga Palestina, termasuk lima staf medis, kehilangan nyawa. Tragedi tersebut memicu kecaman luas dari berbagai pihak di seluruh dunia.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa sebelum rumah sakit tersebut dibakar, pasukan Zionis terlebih dahulu mengepungnya, memperburuk kondisi para pasien yang sudah berada dalam keadaan kritis. Hamas, salah satu kelompok perlawanan Palestina, menyebut serangan ini sebagai kejahatan perang yang dilakukan di bawah bayang-bayang ketidakpedulian komunitas internasional. Hamas juga menuduh Amerika Serikat terlibat secara penuh dalam mendukung aksi-aksi rezim Israel.
Pembakaran fasilitas kesehatan bukan hanya menghancurkan infrastruktur yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Gaza, tetapi juga menghilangkan harapan bagi ribuan warga yang bergantung pada pelayanan medis. Dalam situasi seperti ini, WHO dan berbagai organisasi kemanusiaan internasional menghadapi kesulitan besar untuk memberikan bantuan yang memadai di tengah blokade ketat yang terus diberlakukan oleh Israel.
Serangan ini juga menjadi pengingat atas semakin lemahnya perlindungan terhadap fasilitas kesehatan di zona konflik, yang seharusnya dijamin oleh hukum internasional. Berbagai seruan untuk mengakhiri kekerasan dan memberikan akses bantuan kemanusiaan terus digaungkan, tetapi tindakan nyata dari komunitas global masih jauh dari harapan.
Bagi masyarakat Gaza, yang sudah bertahun-tahun hidup dalam keterbatasan akibat blokade dan konflik, serangan terhadap fasilitas kesehatan ini merupakan pukulan berat. Tanpa akses yang memadai ke perawatan medis, kondisi kesehatan masyarakat akan semakin memburuk, terutama bagi anak-anak, wanita hamil, dan kelompok rentan lainnya.
Krisis kemanusiaan di Gaza menuntut perhatian serius dari komunitas internasional. Perlu ada langkah konkret untuk menghentikan kekerasan, membuka akses bantuan kemanusiaan, dan menuntut pertanggungjawaban terhadap pelaku kejahatan perang. Sementara itu, bagi WHO dan organisasi lainnya, tugas besar untuk mempertahankan sistem kesehatan di Gaza menjadi semakin berat di tengah situasi yang terus memburuk.
Dengan berbagai kecaman internasional yang muncul, harapannya adalah agar tragedi ini menjadi titik balik untuk mengakhiri penderitaan masyarakat Gaza dan mengembalikan hak-hak dasar mereka, termasuk akses ke layanan kesehatan yang layak. Kejahatan perang terhadap fasilitas kesehatan tidak boleh dibiarkan terus terjadi tanpa konsekuensi.